Lupus Adalah – Sebagai penyakit yang kompleks dan sulit dikenali sejak awal, lupus menjadi tantangan tersendiri bagi dunia medis dan para penyintasnya. Berbeda dengan penyakit menular seperti flu atau TBC, lupus bukanlah penyakit yang bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain. Namun, dampaknya bisa menjadi serius karena menyerang berbagai organ vital tubuh dan menurunkan kualitas hidup secara drastis jika tidak ditangani dengan baik.
Meskipun sudah banyak penelitian dilakukan, lupus masih menyimpan banyak misteri, termasuk mengenai penyebab pastinya. Satu hal yang pasti, lupus merupakan penyakit autoimun yang bisa menyerang siapa saja, khususnya perempuan usia produktif.
Sayangnya, kesadaran masyarakat mengenai lupus masih relatif rendah. Padahal, deteksi dini dan pengelolaan yang tepat sangat penting agar orang yang terkena lupus bisa tetap menjalani hidup yang berkualitas.
Dalam artikel ini, Anda akan mengenal lebih dalam tentang penyakit lupus, mulai dari definisinya, gejala-gejala umum yang sering muncul, penyebab dan faktor risikonya, hingga cara penanganan yang saat ini tersedia untuk membantu penderita lupus.
Apa Itu Penyakit Lupus?
Lupus adalah penyakit autoimun kronis di mana sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh justru menyerang jaringan dan organ sehat. Dalam kondisi normal, sistem imun akan melawan infeksi dari virus atau bakteri.
Namun, pada penderita lupus, sistem imun tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menganggap bagian tubuh sendiri seperti kulit, sendi, ginjal, otak, dan organ lainnya sebagai musuh yang harus diberantas.
Jenis lupus yang paling umum dikenal adalah Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Sesuai namanya, jenis ini menyerang secara sistemik atau bisa memengaruhi berbagai organ tubuh sekaligus. Ada pula jenis lupus lainnya seperti cutaneous lupus yang hanya menyerang kulit, serta drug-induced lupus yang disebabkan oleh efek samping obat tertentu dan biasanya bersifat sementara.
Penyakit lupus termasuk dalam kategori penyakit yang sulit didiagnosis karena gejalanya sangat beragam dan sering menyerupai penyakit lain. Tak jarang, seseorang baru mengetahui dirinya mengidap lupus setelah mengalami komplikasi serius. Hal ini bisa terjadi karena gejala yang muncul sebelumnya dianggap sebagai keluhan ringan biasa.
Gejala Lupus yang Sering Muncul
Gejala lupus bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung organ mana yang diserang. Namun, terdapat beberapa gejala umum yang sering dialami oleh para penderita.
-
Ruam pada Kulit
Salah satu gejala klasik lupus yang cukup khas adalah ruam berbentuk kupu-kupu di wajah (butterfly rash) yang melintang dari hidung hingga kedua pipi. Ruam juga bisa terjadi pada bagian tubuh yang terkena sinar matahari. Namun, tidak semua penderita lupus mengalami ruam ini.
-
Tubuh Lelah dan Nyeri Sendi
Penderita lupus umumnya mengalami kelelahan ekstrem yang tidak wajar dan tidak membaik meskipun sudah beristirahat. Kelelahan ini bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan memengaruhi kesehatan mental.
Selain itu, nyeri sendi dan pembengkakan juga menjadi keluhan yang sering muncul, terutama di pagi hari. Gejala ini sering kali menyerupai radang sendi (artritis) sehingga membuat diagnosis lupus menjadi lebih rumit.
-
Gejala Lainnya
Gejala lain yang sering dikeluhkan meliputi demam ringan yang datang dan pergi, sensitivitas terhadap sinar matahari, kerontokan rambut yang tidak biasa, serta sariawan yang terus berulang. Pada kasus yang lebih berat, lupus dapat menyerang organ dalam seperti ginjal (lupus nefritis) yang menyebabkan urine berdarah atau berbusa, paru-paru yang memicu sesak napas, atau bahkan otak yang menyebabkan tubuh kejang atau memicu gangguan konsentrasi.
Gejala-gejala ini bisa muncul secara bertahap atau mendadak, terasa ringan atau berat, hingga bisa hilang dan muncul silih berganti dalam periode tertentu. Selama rentang waktu ini, gejala lupus akan muncul lebih intens dan memerlukan perhatian medis lebih lanjut. Setelahnya, periode remisi bisa terjadi di mana gejala mereda atau menghilang sementara waktu.
Penyebab dan Faktor Risiko Lupus
Hingga saat ini, penyebab pasti lupus belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli sepakat bahwa penyakit ini muncul akibat interaksi yang kompleks antara faktor genetik, lingkungan, dan hormon. Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit autoimun seperti lupus atau rheumatoid arthritis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa.
Selain faktor genetik, perubahan hormon juga diduga kuat berperan dalam memicu lupus. Inilah yang menjelaskan kenapa lupus lebih sering menyerang wanita, terutama pada usia 15–45 tahun, di mana periode tersebut merupakan masa aktif hormon estrogen. Estrogen dianggap dapat memengaruhi sistem imun sehingga lebih rentan mengalami autoimun.
Faktor lingkungan juga tak kalah penting. Paparan sinar ultraviolet, infeksi virus tertentu seperti Epstein-Barr Virus (EBV), stres berlebihan, bahkan penggunaan obat-obatan tertentu dapat menjadi pemicu flare lupus pada individu yang memang memiliki predisposisi genetik. Meski demikian, tidak semua orang yang terpapar faktor-faktor ini akan langsung berkembang menjadi lupus.
Obat-obatan seperti hydralazine, procainamide, dan isoniazid telah dikaitkan dengan kasus lupus akibat obat, meskipun jenis lupus ini biasanya akan hilang setelah penggunaan obat dihentikan. Sementara itu, faktor-faktor seperti merokok, kurang tidur, dan pola makan yang tidak sehat dapat memperburuk kondisi lupus yang sudah ada.
Pengetahuan terkait faktor risiko ini penting agar individu yang berisiko bisa lebih waspada terhadap gejala-gejala awal. Kalaupun terlanjur terjadi pada Anda, ini dapat membantu dalam konsultasi lebih awal kepada dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Cara Mengatasi Lupus
Hingga kini, belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan lupus. Namun, dengan pengelolaan yang tepat, penderita lupus tetap bisa menjalani hidup secara normal dan produktif. Pengobatan lupus umumnya bertujuan untuk mengendalikan gejala, mencegah flare, dan meminimalkan kerusakan organ.
-
Konsumsi Obat Medis
Pendekatan pengobatan lupus harus dilakukan secara individual, tergantung pada gejala yang dialami dan organ tubuh mana yang terdampak. Dokter akan meresepkan berbagai jenis obat tergantung kebutuhan pasien. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen biasanya diberikan untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada sendi.
Untuk kasus yang lebih serius, dokter mungkin akan meresepkan obat kortikosteroid untuk meredakan peradangan dalam waktu cepat. Selain itu, obat imunosupresan seperti azathioprine, methotrexate, atau cyclophosphamide digunakan untuk menekan aktivitas sistem imun agar tidak menyerang tubuh sendiri.
Perlu diingat, penggunaan obat-obatan ini tentu harus dilakukan di bawah pengawasan ketat dokter. Ini disebabkan karena konsumsinya berisiko menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi jika tidak dilakukan dengan tepat.
Salah satu pengobatan spesifik yang kini juga banyak digunakan adalah hydroxychloroquine, obat yang semula digunakan untuk malaria, namun terbukti efektif mengontrol gejala lupus, terutama dalam jangka panjang. Obat ini juga memiliki manfaat mencegah flare dan menjaga sistem imun tetap stabil.
-
Mengubah Gaya Hidup
Selain pengobatan medis, penderita lupus juga perlu menjalani perubahan gaya hidup yang mendukung proses pemulihan. Menghindari paparan sinar matahari langsung, mengelola stres, tidur cukup, serta menjaga pola makan yang sehat menjadi bagian penting dari terapi di luar obat-obatan medis.
Beberapa pasien juga merasa terbantu dengan terapi tambahan seperti yoga, meditasi, atau konseling psikologis untuk membantu menghadapi tekanan emosional akibat penyakit kronis. Selain itu, menghindari rokok dan alkohol juga diketahui dapat menurunkan risiko gejala lupus yang memburuk.
-
Kontrol Rutin dengan Dokter
Tidak hanya itu, penderita lupus sebaiknya menjalani kontrol secara rutin dengan dokter spesialis untuk memantau perkembangan penyakit serta menyesuaikan pengobatan bila diperlukan. Karena lupus bisa menyerang banyak organ, koordinasi antar dokter spesialis juga sering dibutuhkan dalam prosesnya.
Itulah beberapa informasi terkait penyakit lupus adalah yang perlu diketahui. Manfaatkan fitur Beli Obat dari VIVA Apotek untuk mendapatkan obat yang Anda butuhkan. Ingat untuk selalu jaga kesehatanmu, ya!
Referensi:
- Cleveland Clinic (2023). Lupus (Systemic Lupus Erythematosus). https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4875-lupus.
- Healthline (2024). What are systemic lupus erythematosus (SLE) and other types of lupus?. https://www.healthline.com/health/lupus.
- Mayo Clinic (2022). Lupus. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lupus/symptoms-causes/syc-20365789.
- Medical News Today (2023). What are systemic lupus erythematosus (SLE) and other types of lupus?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/323653#causes-and-risk-factors.