Bronkodilator adalah obat yang membantu melebarkan saluran udara (bronkus) di paru-paru, sehingga pasien asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) bisa bernapas lebih lega.
Merek Dagang Bronkodilator
Merek dagang Bronkodilator adalah Salbutamol, Formoterol, Salmeterol, Vilanterol, Ipratropium, Tiotropium, Aclidinium, Glycopyrronium, Teofilin dan Aminofilin.
Apa Itu Bronkodilator
Apa itu Bronkodilator?
Golongan: Obat keras (perlu resep dokter)
Kategori: Obat Asma dan PPOK
Manfaat: Melegakan saluran pernapasan
Digunakan oleh: Dewasa dan anak
Bronkodilator untuk Ibu Hamil: Ibu hamil dengan kondisi asma yang rutin menggunakan bronkodilator dapat melanjutkan pemakaian. Meski demikian, tercatat beberapa peningkatan risiko cacat lahir pada bayi, seperti atresia esofagus, atresia anorektal, dan omfalokel. Diskusikan dengan dokter untuk menimbang risiko dan manfaat penggunaan obat ini selama kehamilan.
Bronkodilator untuk Ibu Menyusui: Pada sebagian besar ibu menyusui, pemakaian bronkodilator umumnya dianggap aman dan bermanfaat menjaga kesehatan ibu. Meski demikian, tetap konsultasi ke dokter untuk memastikan keamanannya.
Bronkodilator untuk anak: Anak-anak memungkinkan menggunakan bronkodilator berdasarkan rekomendasi dokter.
Bentuk obat: inhaler, Respule, tablet, sirup, Injeksi
Peringatan Sebelum Menggunakan Bronkodilator
Sebelum menggunakan Bronkodilator, penting untuk memperhatikan beberapa hal agar obat ini dapat bekerja secara efektif dan aman.
Jenis bronkodilator yang paling tepat dapat bergantung pada usia, preferensi, dan kondisi kesehatan seseorang. Pemilihan perangkat yang sesuai dengan kemampuan pengguna sangat penting untuk memastikan pengobatan yang efektif.
Penggunaan bronkodilator yang dihirup sering menjadi pilihan utama karena metode ini memungkinkan obat mencapai paru-paru dengan cepat dan mengurangi risiko efek samping.
Pastikan untuk selalu mengikuti petunjuk penggunaan yang benar agar obat dapat mencapai paru-paru secara maksimal dan memberikan manfaat yang optimal.
Dosis dan Aturan Pakai Bronkodilator
Dosis dan aturan pakai bronkodilator harus dilakukan sesuai rekomendasi dokter dengan tepat, agar obat dapat bekerja secara efektif. Berikut adalah panduan penggunaan bronkodilator sesuai dengan jenisnya:
Short-Acting Bronkodilator (Bronkodilator efek cepat)
Digunakan untuk meredakan gejala asma yang datang tiba-tiba, seperti mengi, sesak napas, dan dada terasa sesak.
Efeknya biasanya mulai dirasakan dalam beberapa menit dan bertahan selama 4–5 jam.
Tunggu sekitar satu menit antara setiap hisapan yang direkomendasikan.
Long-Acting Bronkodilator (Bronkodilator efek lambat)
Digunakan dua kali sehari, biasanya sekali di pagi hari dan sekali lagi setelah 6-8 jam kemudian.
Tidak digunakan untuk meredakan gejala yang tiba-tiba, tetapi lebih untuk mencegah timbulnya gejala.
Efeknya dapat bertahan hingga 24 jam.
Mengikuti dosis dan aturan pakai yang benar sangat penting untuk memaksimalkan efektivitas bronkodilator dan mengurangi risiko efek samping. Oleh karena itu, Konsultasikan dengan dokter Anda untuk menyesuaikan dosis sesuai penyakit Anda, jenis obat dan merek dagang obat tersebut.
Manfaat Bronkodilator
Bronkodilator memiliki berbagai manfaat penting bagi kesehatan, terutama dalam menangani kondisi pernapasan. Beberapa manfaat bronkodilator antara lain:
Membantu mengurangi sesak napas.
Mengatasi gejala asma seperti batuk dan mengi.
Memperbaiki aliran udara dalam paru-paru.
Mengurangi frekuensi serangan asma.
Meningkatkan kualitas hidup bagi penderita PPOK dan kondisi pernapasan lainnya.
Selain itu, mengetahui manfaat bronkodilator, penting mengetahui jenis bronkodilator berdasarkan cara kerjanya.
Short-Acting Bronkodilator (Bronkodilator efek cepat)
Dikenal juga sebagai obat pereda atau rescue inhaler, bronkodilator jenis ini digunakan untuk meredakan gejala asma secara cepat. Biasanya mulai bekerja dalam beberapa menit setelah digunakan dan efeknya dapat bertahan selama 2 hingga 4 jam.
Long-Acting Bronkodilator (Bronkodilator efek lambat)
Bronkodilator ini digunakan untuk pengendalian jangka panjang gejala asma, bukan untuk meredakan gejala secara cepat. Harus selalu digunakan bersamaan dengan steroid inhalasi untuk mengontrol gejala asma secara efektif, biasanya digunakan dua kali sehari.
Menggunakan bronkodilator sesuai jenisnya sangat penting untuk memastikan pengelolaan gejala asma dan kondisi pernapasan lainnya secara optimal.
Cara Menggunakan Bronkodilator dengan Benar
Penggunaan bronkodilator dengan benar sangat penting untuk memastikan obat ini dapat bekerja secara efektif dalam melegakan saluran udara di paru-paru. Umumnya, bronkodilator digunakan dalam bentuk inhalasi, karenamemungkinkan obat mencapai paru-paru dengan cepat dan mengurangi efek samping pada tubuh.
Berikut adalah cara menggunakan berbagai jenis bronkodilator yang umum digunakan:
Metered Dose Inhaler (MDI)
MDI adalah alat kecil bertekanan yang berisi obat.
Tekan kalengnya untuk melepaskan obat yang kemudian dihirup ke dalam paru-paru.
Pastikan koordinasi yang baik antara menekan alat dan menarik napas dalam-dalam untuk mendapatkan dosis obat yang optimal.
Dry Powder Inhaler (DPI)
DPI tidak menggunakan propelan, dan bronkodilator tersedia dalam bentuk serbuk.
Pengguna harus menarik napas dalam-dalam dan cepat untuk menghirup obat tersebut.
Alat ini lebih mudah digunakan dan tidak memerlukan sinkronisasi seperti MDI.
Soft Mist Inhaler (SMI)
SMI menghasilkan kabut aerosol yang lambat dan tahan lama tanpa menggunakan propelan.
Alat ini memungkinkan lebih banyak obat mencapai paru-paru dan lebih sedikit yang menempel di bagian belakang tenggorokan.
Cocok untuk pasien yang membutuhkan penyerapan obat yang lebih efisien.
Nebulizer
Nebulizer mengubah obat bronkodilator dalam bentuk cair menjadi aerosol yang dihirup melalui corong.
Cocok untuk pasien yang mungkin kesulitan menggunakan inhaler biasa.
Biasanya digunakan dalam waktu yang lebih lama untuk memastikan dosis obat dihirup sepenuhnya.
Tablet dan Sirup
Bronkodilator dalam bentuk tablet atau sirup biasanya digunakan jika pasien tidak dapat menggunakan inhaler.
Dosisnya mungkin lebih tinggi, dan obat diserap melalui aliran darah sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk bekerja.
Menggunakan alat yang tepat sesuai dengan kemampuan pengguna sangat penting untuk memastikan pengobatan yang efektif dan mengurangi risiko efek samping.
Interaksi Bronkodilator dengan Obat Lain
Bronkodilator dapat berinteraksi dengan berbagai jenis obat lain, yang berpotensi menyebabkan efek samping yang berbahaya, antara lain:
Beta-blocker dapat mengurangi efektivitas bronkodilator dalam melebarkan saluran napas.
Kombinasi bronkodilator dengan diuretik dapat meningkatkan risiko ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Penggunaan Epinefrin bersama bronkodilator dapat meningkatkan risiko efek samping kardiovaskular, seperti detak jantung yang cepat atau tidak teratur.
Interaksi bronkodilator dengan Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs). dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang berbahaya.
Beberapa antibiotik seperti eritromisin, ketokonazol, dan ritonavir dapat meningkatkan konsentrasi bronkodilator dalam darah, sehingga meningkatkan risiko efek samping.
Selain itu, masih ada kemungkinan obat lain yang menimbulkan interaksi yang merugikan. Oleh karena itu, Anda harus memberi tahu dokter tentang semua obat yang sedang digunakan, termasuk suplemen dan obat yang dijual bebas, sebelum memulai pengobatan dengan bronkodilator.
Efek Samping dan Bahaya Bronkodilator
Bronkodilator seperti obat-obatan lain, dapat menyebabkan efek samping yang bervariasi tergantung pada jenis yang digunakan. Meskipun banyak orang dapat menggunakannya dengan aman, penting untuk memahami potensi risiko dan gejala yang mungkin muncul saat menggunakan obat ini.
Efek samping yang umum
Berikut adalah beberapa efek samping umum yang mungkin terjadi saat menggunakan bronkodilator:
Gemetar, terutama di tangan,
Sakit kepala,
Mulut kering,
Kram otot,
Batuk,
Mual dan muntah,
Diare.
Efek samping yang lebih serius
Selain efek samping umum, ada juga beberapa efek samping yang lebih serius dari pemakaian Bronkodilator yang perlu diwaspadai, termasuk:
Detak jantung yang cepat atau tidak teratur,
Perasaan gugup atau gelisah yang berlebihan,
Hiperaktivitas,
Sulit tidur,
Kesulitan buang air kecil, terutama jika menggunakan obat antikolinergik.
Penglihatan kabur sementara jika obat terkena mata.
Jika Anda mengalami efek samping yang serius atau gejala lain yang tidak biasa setelah menggunakan bronkodilator, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis terdekat.
Gunakan fitur Beli Obat dari Viva Apotek untuk membeli obat ataupun suplemen yang akan membantu pengobatan serta menjaga kesehatan tubuh Anda.
Diperbarui tanggal: Oktober 2024
Ditinjau oleh: dr. Agustina Mahardini
Referensi:
Cleveland Clinic. (2024). Bronchodilator. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/17575-bronchodilator
Drugs.com. (2024). Bronchodilators. https://www.drugs.com/drug-class/bronchodilators.html
Medical News Today. (2024). What to Know About Bronchodilators. https://www.medicalnewstoday.com/articles/325613
MedicineNet. (2024). Bronchodilators for Asthma. https://www.medicinenet.com/bronchodilators_for_asthma/drug-class.htm
NCBI Bookshelf. (2024). Bronchodilators. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519028/
NHS. (2024). Bronchodilators. https://www.nhs.uk/conditions/bronchodilators/
WebMD. (2024). Asthma Inhalers and Bronchodilators. https://www.webmd.com/asthma/asthma_inhalers_bronchodilators