Skip links

CSB

CSB

CSB adalah antibiotik injeksi yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi bakteri, dengan kandungan Cefoperazone dan Sulbactam.
CSB
Merek dagang CSB adalah CSB.
Apa Itu CSB?
Golongan: Obat Keras (perlu resep dokter)
Kategori: Antibiotik Sefalosporin
Manfaat: Mengobati infeksi bakteri pada sistem pernapasan, kulit, saluran kemih, dan infeksi lainnya.
Digunakan oleh: Dewasa dan anak-anak dengan resep dokter.
CSB untuk Ibu Hamil: Kategori B, penggunaan harus sesuai anjuran dokter.
CSB untuk Ibu Menyusui: Sebagian kecil obat ini dapat masuk ke dalam ASI. Meskipun jumlahnya sedikit, tetap perlu berhati-hati saat memberikan obat ini kepada ibu menyusui.
CSB untuk Anak-anak: Aman digunakan sesuai dengan dosis yang disarankan dokter. Secara umum, anak-anak diberikan dosis antara 25–100 mg/kg setiap 12 jam, disesuaikan dengan tingkat keparahan infeksi.
Bentuk obat: Serbuk Injeksi.
Peringatan sebelum Menggunakan CSB
Sebelum menggunakan CSB, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
Pasien yang memiliki riwayat reaksi alergi terhadap obat golongan sefalosporin, penisilin, atau obat lainnya sebaiknya menghindari penggunaan Cefoperazone dan Sulbactam.
Kondisi seperti necrolysis epidermal toksik (TEN), sindrom Stevens-Johnson (SJS), dan dermatitis eksfoliatif dapat terjadi. Segera hentikan penggunaan obat jika muncul reaksi kulit yang parah.
Hati-hati pada pasien yang memiliki penyakit hati atau sumbatan saluran empedu. Konsentrasi terapeutik Cefoperazone masih dapat dipertahankan meskipun ada kerusakan hati yang parah, namun dosisnya tidak boleh melebihi 4 gram per hari tanpa pemantauan ketat kadar serum.
Pasien dengan penyakit ginjal tidak memerlukan penyesuaian dosis Cefoperazone Sulbactam, namun pemantauan kadar serum mungkin diperlukan jika ada gangguan ginjal yang disertai dengan disfungsi hati.
Penggunaan antibiotik spektrum luas seperti Cefoperazone dapat menyebabkan kekurangan vitamin K karena terganggunya flora usus normal. Hal ini terutama berlaku bagi pasien yang memiliki masalah malabsorpsi atau kondisi gizi buruk.
Penggunaan antibiotik spektrum luas seperti Cefoperazone dalam jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih organisme yang tidak sensitif, termasuk Clostridioides difficile (C. diff.), yang dapat menyebabkan diare berat hingga kolitis yang fatal.
Dosis dan Aturan Pakai CSB
Dosis umum CSB berdasarkan bentuk obat, tujuan penggunaan, atau usia pasien adalah sebagai berikut:
Dosis
Dosis cefoperazone dan sulbactam berbeda-beda tergantung jenis infeksi, tingkat keparahan infeksi, dan usia pasien.
Dewasa: Biasanya diberikan dengan perbandingan 1:1 (cefoperazone), mulai dari 1g/1g hingga 2g/2g per dosis. Untuk infeksi berat atau yang sulit diobati, dosis bisa mencapai 4g/4g per hari, diberikan secara intravena (IV) atau intramuskular (IM).
Anak-anak: Dosis ditentukan berdasarkan berat badan, biasanya dimulai dari 0,02g/0,02g/kg hingga 0,04g/0,04g/kg per hari. Pada infeksi serius, dosis bisa ditingkatkan hingga 0,08g/0,08g/kg per hari, juga diberikan secara IV atau IM.
Cara Pemberian dan Frekuensi
Pemberian obat wajib dilakukan oleh tenaga medis dengan aturan:
Obat ini dapat diberikan melalui injeksi IV selama 3 menit, infus IV selama 15 hingga 60 menit, atau secara intramuskular.
Untuk dewasa, biasanya diberikan setiap 12 jam, sedangkan untuk anak-anak, frekuensi pemberian bisa bervariasi antara 6 hingga 12 jam tergantung usia dan tingkat keparahan infeksi.
Sulbactam tidak boleh melebihi 4 gram per hari.
Dosis cefoperazone bisa lebih tinggi tetapi harus mengikuti panduan klinis berdasarkan hasil uji kepekaan dan respons pasien.
Manfaat CSB
CSB memiliki berbagai manfaat dalam pengobatan infeksi bakteri, di antaranya:
1. Mengatasi Infeksi Saluran Pernapasan
Obat ini efektif untuk bronkitis, pneumonia, dan infeksi paru-paru lainnya. Penggunaan CSB dapat membantu meredakan gejala dan mempercepat proses pemulihan.
2. Mengobati Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak
Obat ini bisa membantu penyembuhan infeksi pada kulit akibat luka atau pembedahan. Pengobatan ini penting untuk mencegah penyebaran infeksi dan komplikasi lebih lanjut.
3. Mengatasi Infeksi Saluran Kemih
Mengobati infeksi seperti pielonefritis dan sistitis. CSB bekerja dengan baik dalam mengurangi peradangan dan membasmi bakteri penyebab infeksi.
4. Mengatasi Sepsis
Obat juga bisa digunakan untuk menangani infeksi bakteri yang sudah menyebar ke seluruh tubuh. Dengan penggunaan yang tepat, CSB dapat mengurangi risiko komplikasi serius akibat sepsis.
5. Mengatasi Infeksi Intra-abdomen
Obat efektif untuk infeksi perut, seperti peritonitis dan infeksi lainnya di area abdominal. CSB membantu menekan pertumbuhan bakteri dan mencegah infeksi semakin parah.
Cara Menggunakan CSB dengan Benar
Agar pengobatan dengan CSB efektif, berikut cara menggunakan obat ini dengan benar:
Ikuti Anjuran Dokter: CSB harus digunakan sesuai resep dan arahan dokter. Penggunaan yang tidak sesuai dapat mengurangi efektivitas obat.
Jangan Menghentikan Pengobatan Tanpa Izin: Hentikan penggunaan hanya atas rekomendasi dokter, meskipun gejala infeksi sudah mereda. Hal ini penting untuk memastikan infeksi benar-benar teratasi.
Perhatikan Jadwal Injeksi: Injeksi harus diberikan pada waktu yang tepat, biasanya setiap 12 jam. Pastikan Anda datang sesuai jadwal yang diberikan oleh tenaga medis.
Simpan dengan Benar: Serbuk CSB yang belum dilarutkan sebaiknya disimpan pada suhu di bawah 25°C. Setelah dilarutkan, simpan pada suhu 2-8°C selama maksimal 7 hari.
Interaksi CSB dengan Obat Lain
Obat ini sering digunakan bersama untuk meningkatkan efektivitas antibakteri, terutama terhadap organisme yang memproduksi beta-laktamase. Namun, interaksi dengan obat lain dapat memengaruhi hasil pengobatan dan keselamatan pasien secara signifikan.
1. Aminoglikosida
Penggunaan CSB bersamaan dengan antibiotik aminoglikosida (seperti amikasin, gentamisin) dapat mengurangi efektivitas cefoperazone. Disarankan untuk membilas jalur infus di antara pemberian dosis untuk meminimalkan interaksi ini.
2. Antikoagulan dan NSAID
Perhatian diperlukan saat menggunakan cefoperazone/sulbactam bersamaan dengan antikoagulan (seperti heparin) atau obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Kombinasi ini dapat meningkatkan risiko perdarahan akibat gangguan koagulasi.
3. Asam Valproat dan Tigecycline
Terdapat perdebatan mengenai risiko perdarahan ketika cefoperazone/sulbactam digunakan bersama asam valproat atau tigecycline, karena keduanya dapat menyebabkan masalah koagulasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperjelas risiko ini.
4. Agen Nefrotoksik
Penggunaan cefoperazone dengan obat nefrotoksik (seperti furosemid, benzydamine) dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal, sehingga diperlukan pemantauan fungsi ginjal secara hati-hati selama pengobatan.
Efek Samping dan Bahaya CSB
Cefoperazon dan sulbaktam, ketika diberikan bersama, dapat menyebabkan efek samping umum dan jarang. Berikut beberapa efek samping yang umum terjadi:
Diare: Merupakan masalah pencernaan yang paling sering terjadi, dan bisa menyebabkan komplikasi seperti infeksi Clostridium difficile.
Mual dan Muntah: Sering terjadi dan kadang bisa terus berlanjut meskipun pengobatan sudah dihentikan.
Ruam Kulit: Reaksi hipersensitivitas yang muncul sebagai ruam pada kulit sering terjadi dan bisa memerlukan penghentian obat.
Anafilaksis: Reaksi alergi berat yang memerlukan penanganan medis segera.
Demam dan Menggigil: Dapat terjadi terkait dengan pemberian obat melalui suntikan.
Flebitis di Lokasi Infus: Radang yang menyakitkan di area suntikan.
Berikut beberapa efek samping serius tapi jarang terjadi:
Gangguan Pembekuan Darah: Penggunaan cefoperazon-sulbaktam terkait dengan peningkatan risiko perpanjangan waktu protrombin (PT), gangguan pembekuan, dan penurunan jumlah trombosit. Namun, risiko perdarahan nyata tidak terlalu tinggi.
Gangguan Fungsi Hati: Peningkatan ringan hingga sedang pada kadar enzim hati dan alkaline phosphatase terjadi pada sekitar 5-10% pasien, namun biasanya kembali normal setelah terapi selesai.
Gangguan Darah: Eosinofilia, neutropenia, trombositopenia, hipoprotrombinemia, dan leukopenia telah dilaporkan, meskipun umumnya tidak memerlukan penghentian obat kecuali jika kondisinya parah.
Masalah Ginjal: Peningkatan sementara pada kadar BUN dan kreatinin, serta nefritis interstisial akut yang dapat menyebabkan gagal ginjal telah didokumentasikan.
Jika Anda mengalami efek samping yang parah, segera hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan tenaga medis.
Gunakan layanan Beli Obat dari Viva Apotek untuk memenuhi kebutuhan obat Anda. Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan, ya!

Diperbarui tanggal: Oktober 2024
Ditinjau oleh: dr. Agustina Mahardini

Referensi:
National Library of Medicine. (2022). Cefoperazone Sodium dan Sulbactam. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9340253/
National Library of Medicine. (2020). Cefoperazone Sodium dan Sulbactam. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31914329/
National Library of Medicine. (2020). Cefoperazone Sodium dan Sulbactam. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7034635/
Drug Bank. (2024). Cefoperazone. https://go.drugbank.com/drugs/DB01329

Leave a comment

Explore
Drag