Skip links

Opioid

Opioid

Opioid adalah kelompok obat yang berfungsi sebagai pereda rasa nyeri sedang hingga berat, serta nyeri kronis akibat kanker atau nyeri pascaoperasi.
Merek Dagang Opioid
Jenis obat opioid meliputi alfentanil, fentanyl, codeine, hydromorphone, hydrocodone, morphine, methadone, oxymorphone, oxycodone, dan tramadol.
Sementara itu, merek dagang opioid di antaranya ialah Codikaf, Codipront, Durogesic, Fentanyl, Morfina, Morfikaf, Oxyned, Oxyneo, Acetram, Santramol, Patracet, Ultracet, Tramadol, Forgesic, Fiotram.
Apa Itu Opioid
Mengenal Opioid
Golongan: Obat Keras (perlu resep dokter)
Kategori: Analgesik Opioid
Manfaat: Meredakan keluhan nyeri sedang hingga berat seperti nyeri akibat penyakit kanker serta nyeri setelah tindakan operasi.
Digunakan Oleh: Dewasa
Ibu Hamil: Konsumsi opioid jangka pendek dan dalam dosis rendah oleh ibu hamil saat penggunaan obat lain tidak efektif dalam meredakan nyeri diperbolehkan. Dokter akan mempertimbangkan manfaat dan risikonya. Namun, sebaiknya hindari penggunaan opioid khususnya saat trimester pertama kehamilan sebab bisa menyebabkan efek teratogenic.[1]
Ibu Menyusui: Opioid dapat terdistribusi melalui air susu sehingga berdampak pada bayi yang menyusu. Oleh sebab itu, penggunaan opioid selama masa menyusui haruslah atas rekomendasi ahli medis.
Anak-Anak: Opioid tidak direkomendasikan penggunaannya untuk anak-anak
Bentuk Obat: Tablet, injeksi, suppositoria, nasal spray
Peringatan sebelum Menggunakan Opioid
Obat golongan opioid merupakan obat keras sehingga pemanfaatannya wajib dengan resep dokter. Guna menghindari efek yang tidak diinginkan dari opioid, perhatikan beberapa poin penting berikut sebelum mengonsumsi obat ini:
Opioid hanya diresepkan jika analgesik atau obat lain tidak efektif lagi dalam meredakan nyeri yang Anda alami.[2]
Konsultasikan dengan ahli medis jika Anda pernah mengalami ketergantungan obat dan juga alkohol.
Konsultasikan dengan ahli medis mengenai keamanan opioid apabila Anda sedang hamil, merencanakan kehamilan, ataupun menyusui.
Hindari pemberian opioid pada anak yang berusia di bawah 12 tahun.
Sebaiknya hindari penggunaan opioid jika Anda tidak terbiasa mengonsumsi pereda nyeri yang kuat.[3]
Hindari konsumsi opioid bila Anda menderita asma, penyakit paru-paru, cedera kepala, penyakit yang bisa menyebabkan kejang, aritmia, gangguan kelenjar adrenal, pembengkakan prostat, dan tekanan darah rendah.
Informasikan pada ahli medis jika Anda pernah menderita gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan berlebih, dan trauma.
Beri tahukan riwayat medis Anda khususnya apabila Anda menderita hypovolaemia, penyakit jantung, hypoxia, penyakit ginjal, penyakit liver, dan disfungsi tiroid.
Konsumsi opioid jangka panjang bisa mengakibatkan ketergantungan. Jika Anda berhenti meminum opioid, Anda akan mengalami gejala putus obat yang meliputi kecemasan berlebih, detak jantung semakin cepat, menggigil, dan mual.[4]
Informasikan pada ahli medis mengenai semua obat dan juga suplemen yang saat ini Anda konsumsi guna mengantisipasi terjadinya interaksi antarobat.
Pemberian opioid pada pasien berusia lanjut memerlukan penyesuaian dosis dan pengawasan khusus.
Opioid mungkin bisa mengakibatkan efek kantuk dan pusing. Jadi, sebaiknya hindarilah aktivitas yang memerlukan konsentrasi dan kewaspadaan sesudah meminum obat ini.
Dosis dan Efek Samping Opioid
Dosis untuk setiap jenis opioid tentu saja berbeda. Selain itu, penentuan dosis opioid juga didasarkan pada bentuk obat, usia pasien, dan juga tingkat keparahan nyeri yang mereka derita.
Berikut dosis umum opioid jenis fentanyl, tramadol, dan morphine.
Fentanyl [5]
Injeksi untuk meredakan nyeri pascaoperasi: (Dewasa) 50-100 mcg diberikan melalui injeksi intramuskular, dosis ini bisa diberikan ulang setiap 1 atau 2 jam bila perlu.
Tramadol[6]
Tablet konvensional untuk meredakan nyeri berat: (Dewasa) 50-100 mg dikonsumsi tiap 4 hingga 6 jam. Dosis maksimal 400 mg per hari
Injeksi untuk meredakan nyeri setelah pembedahan: (Dewasa) Dosis awal 100 mg diberikan melalui injeksi intravena atau intramuskular, kemudian diikuti dengan dosis 50 mg setiap 10 hingga 20 menit hingga mencapai dosis maksimal 250 mg pada 1 jam pertama. Dosis lanjutan 50-100 mg diberikan tiap 4 hingga 6 jam
Morphine[7]
Injeksi untuk nyeri berat: (Dewasa:) 10 mg setiap 4 jam diberikan melalui injeksi intramuskular.
Tablet untuk nyeri berat: (Dewasa) 5-10 mg dikonsumsi setiap 4 jam untuk tablet konvensional. Sedangkan untuk tablet lepas lambat dosisnya 10-30 mg setiap 12 hingga 24 jam.
Manfaat Opioid
Opioid menjadi obat alternatif ketika obat pereda nyeri lain tidak lagi efektif untuk mengurangi rasa sakit yang Anda alami. Umumnya, dokter akan meresepkan opioid untuk kondisi berikut:[8]
Nyeri tingkat sedang hingga berat
Nyeri setelah tindakan pembedahan
Cedera parah
Nyeri akibat terapi kanker
Kondisi nyeri kronis
Cara Menggunakan Opioid dengan Benar
Untuk mengoptimalkan efektivitas opioid, konsumsilah obat ini sesuai instruksi dokter. Berikut panduan penggunaan opioid:
Patuhi arahan dokter mengenai dosis dan interval waktu untuk mengonsumsi opioid.
Jangan menambah ataupun mengurangi dosis opioid tanpa sepengetahuan ahli medis.
Pemberian opioid injeksi haruslah dilakukan oleh tenaga medis.
Untuk opioid jenis tablet, Anda bisa mengonsumsinya dengan cara menelannya secara utuh menggunakan air. Obat oral pada golongan ini dapat diminum dengan ataupun tanpa makanan. Sesuaikan dengan anjuran dokter.
Apabila Anda lupa minum obat, segera konsumsi opioid begitu ingat asalkan waktunya tidak berdekatan dengan dosis opioid berikutnya.
Jangan meminum opioid dalam periode waktu yang lama tanpa rekomendasi dokter.
Jangan berhenti menggunakan opioid tanpa berkonsultasi dulu dengan ahli medis. Apabila Anda telah mengonsumsi opioid dengan rutin selama beberapa minggu, Anda bisa mengalami gejala putus obat saat berhenti mengonsumsinya tiba-tiba.
Oleh sebab itu, dokter mungkin akan mengurangi dosis opioid secara bertahap untuk menghindari gejala putus obat.
Jangan berbagi atau merekomendasikan opioid pada orang lain walaupun mereka mengalami keluhan yang sama dengan Anda.
Interaksi Opioid dengan Obat Lain
Berikut sejumlah obat yang dapat berinteraksi dengan opioid sehingga mengakibatkan efek yang mungkin membahayakan:
Konsumsi opioid bersama dengan benzodiazepine bisa mengakibatkan rasa kantuk yang ekstrem, sesak napas, koma, bahkan kematian.[9]
Kombinasi opioid dan obat antidepresan golongan MAOI bisa mengakibatkan serotonin syndrome.[6]
Penggunaan opioid bersama metaxalone dan cyclobenzaprine juga akan mengakibatkan serotonin syndrome.
Risiko perdarahan dapat terjadi saat Anda mengonsumsi opioid bersama warfarin.
Kadar opioid dalam plasma darah akan meningkat saat Anda mengonsumsinya bersama erythromycin, ritonavir, dan ketoconazole.
Kadar opioid dalam plasma akan menurun sehingga efektivitasnya berkurang saat Anda mengonsumsinya bersama carbamazepine, rifampicin, dan phenytoin.
Efek Samping dan Bahaya Opioid
Konsumsi opioid bisa mengakibatkan sejumlah efek samping. Bahkan obat ini dapat berbahaya jika Anda tidak mengonsumsinya sesuai anjuran ahli medis.
Berikut beberapa gejala yang mungkin Anda alami.[10]
Timbul rasa kantuk
Pusing
Sembelit
Sesak napas
Kulit menjadi ruam dan gatal
Kehilangan nafsu makan
Tekanan darah rendah
Miosis atau kondisi pupil mata menyempit
Mual dan muntah
Gangguan berkemih seperti susah buang air kecil atau volume urine berkurang tidak seperti biasanya
Tremor
Detak jantung menjadi lebih lambat
Bila Anda mengalami satu atau beberapa keluhan tersebut, segera hentikan konsumsi opioid. Periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk memperoleh tindakan medis lebih lanjut.
Manfaatkan fitur Beli Obat dari Viva Apotek untuk mendapatkan obat yang Anda butuhkan. Ingat untuk selalu jaga kesehatan, ya!

Diperbarui tanggal: Desember 2024
Ditinjau oleh: dr. Agustina Mahardini

Referensi:
NHS (2022). Using opioids for pain relief during pregnancy. https://www.sps.nhs.uk/articles/using-opioids-for-pain-relief-during-pregnancy/
MedlinePlus (2024). Safe Opioid use. https://medlineplus.gov/safeopioiduse.html
NHS (2023). Who Can and Cannot Use Fentanyl. https://www.nhs.uk/medicines/fentanyl/who-can-and-cannot-use-fentanyl/#:~:text=are%20not%20already%20regularly%20using,are%20already%20pregnant%20or%20breastfeeding
WebMD (2023). What You Should Kniw about Opioid. https://www.webmd.com/pain-management/ss/slideshow-opioids
MIMS (2024). Fentanyl. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/fentanyl?mtype=generic
MIMS (2024). Tramadol. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/tramadol?mtype=generic
MIMS (2024). Morphine. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/morphine?mtype=generic
WebMD (2024). Opioid Narcotic Pain Medication. https://www.webmd.com/pain-management/narcotic-pain-medications
FDA (2024). FDA warns about serious risks and death when combining opioid pain or cough medicines with benzodiazepines. https://www.fda.gov/media/99761/download
Drugs (2023). Opioid (Narcotic Analgesics). https://www.drugs.com/drug-class/narcotic-analgesics.html

Leave a comment

Explore
Drag